Pemborong bangunan
Seorang pemborong bangunan yang
telah tua memutuskan untuk pensiun. Ia mengatakan pada kontraktor yang
memperkerjakannya bahwa ia akan berhenti dari pekerjaannya. Kontraktor itu
menyesalkan kepergian pemborong bangunan yang selama itu telah bekerja dengan
baik, iapun bertanya apakah pemborong itu mau melakukan satu bangunan lagi
untuk keperluan pribadi. Pemborong itu bersedia, namun hatinya sudah tidak ada
lagi pada pekerjaannya. Ia melakukan pekerjaannya asal jadi, material yang
digunakannya pun berkualitas rendah. Setelah bangunan itu selesai, kontraktor
itu datang untuk memeriksa rumah itu. Lalu ia memberikan kunci pada pemborong
itu. “Inilah rumahmu,” kata kontraktor itu, “hadiah dariku untukmu.” Alangkah
terperanjatnya pemborong itu. Kalau saja ia tahu bahwa bangunan itu untuknya,
tentu ia mengerjakannya dengan cara berbeda. Sekarang ia harus hidup di rumah
yang tak terlalu baik.
Hal
ini juga terjadi pada kita. Kita membangun hidup kita dengan cara yang salah.
Kita lebih suka melakukan reaksi daripada aksi. Kita lebih suka melakukan yang
termudah dan bukan yang terbaik. Padahal pada akhirnya semuanya itu untuk kita
sendiri.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home